-->
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0EAIKwCOewMUoWNW47WuQuK72ih6QOPHJMRnpU7DCntRrpBQYD0o5Au6P11bCxnpJNDyOsxBp3IdFHzFFSPAhWzvyrKdEvmE6apWlbXqIYFWABnyl7NEMlrMlUwM4NCgpGmaNl5NRvf2UlfxXkv1HMk7-eaoiksbqMkaflEi0HsdjsFR5l1RhIhyphenhyphenOdiE/s16000/05e2cdf2-5f47-4771-880d-c7f1667e3450.jpeg

INALUM Dorong Pertanian Ramah Lingkungan Lewat Metode Tani Nusantara di Kuala Tanjung

INALUM Dorong Pertanian Ramah Lingkungan Lewat Metode Tani Nusantara di Kuala Tanjung



Batu Bara – Perisainusantara.com 

PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) kembali menunjukkan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan dengan mendukung sektor pertanian berbasis masyarakat. Melalui program tanggung jawab sosial (TJSL), INALUM bersama kelompok tani binaannya sukses melaksanakan panen padi hasil penerapan Metode Tani Nusantara (MTN) di lahan percontohan seluas sekitar 1.000 meter persegi di Desa Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara, pada Selasa (8/10/2025).

Kepala Divisi CSR/TJSL INALUM, Susyam Widodo, mengatakan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari langkah perusahaan dalam mendorong inovasi pertanian yang berkelanjutan, efisien, serta selaras dengan prinsip Sustainable Development Goals (SDG’s) 2030.

“Metode Tani Nusantara menjadi bukti nyata upaya kami untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan kimia seperti pupuk dan pestisida. Selain itu, kami ingin memperkuat kemandirian petani binaan agar mampu berproduksi secara efisien dan berdaya saing tinggi,” ujar Susyam.

Metode Tani Nusantara sendiri adalah sistem budidaya alami yang mengandalkan bahan organik lokal sebagai pengganti pupuk dan pestisida kimia. Pendekatan ini terbukti mampu menekan biaya produksi, menjaga kesuburan tanah, sekaligus melestarikan ekosistem pertanian.

Panen perdana dilakukan pada awal Oktober 2025 setelah tiga bulan masa tanam dan pemeliharaan. Hasil uji coba menunjukkan bahwa produktivitas MTN mampu menyaingi metode konvensional dengan efisiensi biaya yang jauh lebih baik.

Berdasarkan data perbandingan, metode ini menghasilkan sekitar 220 kilogram padi per rante (400 m²), hanya sedikit di bawah hasil metode kimia yang mencapai 250 kilogram. Padahal, uji coba sempat menghadapi kendala kekurangan air di pertengahan masa tanam. Namun demikian, biaya produksi menggunakan MTN hanya sekitar Rp500.000, lebih hemat dibandingkan metode konvensional yang memerlukan sekitar Rp700.000.

Selain biaya yang lebih efisien, petani juga diuntungkan dengan pengurangan penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Sebagai gantinya, mereka menggunakan pupuk dan pestisida organik hasil fermentasi alami, dengan pola pemupukan tiga kali dan penyemprotan dua kali selama masa tanam menyesuaikan kondisi tanaman.

Sebagai bagian dari program ini, INALUM turut memberikan pelatihan teknis, studi banding ke desa percontohan lain, serta bantuan sarana produksi pupuk dan pestisida organik bagi kelompok tani binaan.

Program MTN di Kuala Tanjung ini menjadi salah satu kontribusi nyata INALUM terhadap SDG’s 2030 poin ke-2: Tanpa Kelaparan, sekaligus mendukung Program Ketahanan Pangan Nasional yang terus digalakkan pemerintah.

“Kami berharap metode ini dapat diadopsi lebih luas oleh petani di wilayah operasional INALUM, agar pertanian kita semakin mandiri, hijau, dan berkelanjutan,” tutup Susyam.

(wellas)



Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel

Label

Budaya (17) Kesehatan (22) Organisasi (324) Pemerintahan (330) Pendidikan (154) Polri/TNI (6) Sumatera Utara (29) ekonomi (3) politik (151) sosial (108)

Arsip Blog

FOUNDER’S MEDIA SIBER BATU BARA



 


Strategi Inalum Perluas Pangsa Pasar Aluminium Global

 


Mengenal Tiga Jenis Produk Aluminium dari INALUM

 


Tentang Inalum